August 27, 2014

Tentang sebuah Pintu



Aku percaya kalian pernah membukakan pintu. Entah pintu dari kayu, pintu besi atau pintu tua yang berderit apabila daunnya dibuka terlalu lebar. Pintu manapun yang pernah kalian buka, tujuannya hanya satu; mempersilakan si pengetuk untuk masuk.
Lucunya, sebagai si pembuka pintu, tentunya kita tidak punya hak untuk memilih siapa yang sekiranya akan mengetuk pintu. Kita hanya diberikan satu kesempatan, apakah kita akan mempersilakan si pengetuk untuk masuk atau hanya akan membiarkannya terantuk kedinginan lalu pergi. Mungkin membiarkannya berkelana, mencari pintu yang memberinya kesempatan untuk sekedar tinggal dan berteduh.
Saat seseorang mengetuk pintu kita, kita selalu punya kesempatan itu. Karena itu, bentuk pintu yang kita kehendaki pun berbeda-beda. Ada yang memasang kunci pengaman dobel, ada pula yang menginginkan lubang pengintip, namun tak jarang pula satu kunci sudah cukup untuk memberikan rasa aman.
Pintu itu pertahanan pertama kita. Sebelum si pengetuk menggedor pintu dan sebelum kita memilih untuk mempersilakannya masuk, kita memastikan dengan sangat apakah si pengetuk itu memang layak untuk masuk ke dalam rumah kita. Nyatanya, ini bukan masalah siapa yang layak; kita yang membukakan pintu atau pengetuk yang menggedor pintu berharap kita memberinya kesempatan. Namun ini masalah apakah rumah yang kita persilakan sudah layak untuk dijadikan sebuah tempat untuk bertamu?

Aku tidak memintamu untuk segera membukakan pintu kepada siapapun pengetuk yang menumpukan jari-jarinya diatas daun pintumu, tidak.
Aku memintamu untuk menyiapkan rumahmu serapi dan seindah yang kau inginkan. Mungkin kau ingin menambahkan lukisan bergambar perempuan Bali di tengah ruangan atau sekedar vas kaca berhiaskan bunga chrysanthemum dan membiarkan aroma mawar dari pengharum ruanganmu menyemarakkan ruang tamu milikmu. Rumah itu milikmu.
Dan bila suatu hari nanti datang seorang pengetuk yang ingin singgah dan kau memberinya kesempatan untuk tinggal dan berteduh di dalam, pastikan pintumu terbuka cukup lebar untuk mempersilakannya masuk, namun tidak terlalu lebar untuk membiarkannya berlalu.

Selamat membukakan pintu.

No comments:

Post a Comment